Praktik Drama : Teks Drama
Anggota
kelompok sejumlah 5-6 orang
Nama :
Kelas :
Tahun Pelajaran :
Tanggal mulai latihan:
Tanggal Praktik :
SANDAL
JEPIT
(HERLINA SYARIFUDIN)
(TAMPAK
PARA PENARI DENGAN HAND PROP SENDAL JEPIT DI TANGAN DAN KAKI BERGERAK,
MEMBENTUK KOREOGRAFI GERAK YANG HARMONIS, DIIRINGI ALUNAN MUSIK GAMELAN - ATAU
ALAT MUSIK TRADISIONAL LAIN MENYESUAIKAN DAERAH MASING-MASING, DIPADU ALAT
MUSIK MODERN; PIANO, GITAR DAN DRUM. PADA MENIT TERTENTU
PARA PENARI BERGULINGAN LALU MEMBENTUK FORMASI PROPERTY PANGGUNG; ADA YANG
MENJADI MEJA, KURSI, RAK SENDAL/SEPATU, DAN GANTUNGAN BAJU – FREEZE, LAMPU BLACK
OUT; PROP RAK SEPATU DIISI DENGAN SEPATU DAN SENDAL, MEJA DITARUH PESAWAT
TELPON)
ADEGAN 1
(PAGI, RUANG TENGAH RUMAH JOKO )
(DARI BALIK WING
TIBA-TIBA BEBERAPA SENDAL DAN SEPATU DILEMPAR TAK BERATURAN KE DALAM PANGGUNG,
DIIRINGI FADE IN OMELAN JOKO)
JOKO :
Ugh, ditaruh dimana sih sepatuku. (JOKO MENUJU RAK SEPATU) Walah,
kenapa cuma satu. (HP JOKO BERBUNYI) Aduh, nenek trembel pasti mau berkicau lagi
nih. Males ah. (HP DIBIARKAN TERUS BERBUNYI, SELANG BEBERAPA DETIK KEMUDIAN, TELPON
RUMAH BERDERING) Ugh, gigih juga dia. Tak ada akar, rotanpun jadi. Bodo
ah. (TERIAK)
Maakkk ! Joko berangkat dulu. (JOKO MENGAMBIL SENDAL JEPIT SEADANYA,
LANTAS PERGI)
EMAK :
Hati-hati, Nak. Itu angkat dulu sebentar telponnya. Emak lagi menggoreng
tempe, nanti gosong. (TIDAK ADA SAHUTAN, TELPON RUMAH TETAP
BERDERING.)
’MASKOT’ : Aduh, ini apaan sih. Pagi-pagi sudah berisik. Diam kamu
telpon! Kalau tidak, aku banting nanti.
(TELPON LALU BERHENTI BERDERING)
’MASKOT’ : Nah, gitu. Kan tenang.
(LAMPU
BERUBAH, DIIRINGI PROPERTY MAN BERGULINGAN BERUBAH MENJADI POHON DAN KURSI
TAMAN, LAMPU GENERAL SUASANA TAMAN PAGI HARI)
ADEGAN 2
(PAGI, TAMAN
KAMPUS)
PEGGY : Kemana sih anak kampung ini? HP tak diangkat, telpon
rumahpun tak disentuh. Apa kalo pagi, rumahnya jadi rumah hantu? Masa tak
satupun ada yang ngangkat telpon? Benar-benar keluarga super ajaib. Tapi,
jelek-jelek, sulit bagiku untuk meninggalkannya. Hatiku sudah pantang berpaling
darinya. - FREEZE
’MASKOT’ : Dasar lagunya Tiffany laku terus
sepanjang masa, Love is Blind. Resikonya kamu memang harus sabar.
LALA : Peggy, Peggy. Joko kan bukan anak kemarin sore yang
setiap detik harus dimonitor detak jantungya.
Tidak bakalan dia mendua. Aku kenal betul wataknya sejak duduk di bangku
SD. Bagiku, dia adalah sobat karib sepanjang masa. Sampai sekarang, aku belum
pernah menemukan orang setulus dia. Apalagi di kampus kita ini, biyuh...
Pokoknya kalau masalah setia mati, Joko is the best deh. Sayangnya, aku bukan
tipe yang mudah jatuh cinta pada sobat sendiri.
Sorry ya, prinsip hidupku tak seperti cerita-cerita
konyol di sinetron.
PEGGY : Ceilee, segitu idealisnya. Hati-hati tuh omongan bisa
jadi bumerang.
LALA : Eh, jangan sembarangan kamu bicara ya. Ini pernyataan
jujur. Ngapain juga mamaku susah payah melahirkanku kalau ternyata hanya jadi
seorang pengkhianat atau bahkan pecundang. Kalaupun ternyata di muka bumi ini
tak terhitung para pengkhianat dan pecundang yang bertebaran, itu hanya karena
faktor x yang datangnya bukan dari genetik. Dasar manusianya saja yang tidak
bisa mengontrol hawa setan.
PEGGY : (TERTAWA) Busyet. Kamu ternyata
berbakat jadi keponakannya da’i kondang Arifin bahkan Aa’ Gym.
LALA : Aku serius ini. Maaf maaf saja, aku juga bukan tipe
plagiat. Aku tahu, gaya hidup negara kita tanpa disadari memang plagiat total
dari seberang. Padahal kalau kita tidak malas, nusantara ini dengan mottonya
gemah ripah loh jinawi bukan sembarang bualan motto. Itu kenyataan. Aku bisa
omong begini, karena salah satu temanku yang saat ini lagi observasi di
beberapa pelosok pedalaman buat studi akhirnya, selalu memberi informasi
perkembangan yang dia dapat selama ini. Betapa bangganya cowok-cewek gaul masa
kini, ketika mereka mengenakan busana import. Betapa percaya dirinya mereka
ketika bisa menggaet pasangan imigran. Padahal andai mau membuka mata hati
lebar-lebar, tak kurang gadis dan perjaka pedalaman yang aura cantik dan
tampannya menyiratkan keunikan zamrud khatulistiwa yang luar biasa fantastik.
Tidak usah jauh-jauh, coba kau jalan-jalan ke pesisir Banten lalu kau cari desa
yang namanya Menes. Disana terkenal dengan paras cantik para gadisnya.
PEGGY : Oh ya? Masa? Aku jadi penasaran.
LALA : Nah, ini, ini, salah satu bentuk pengkhianatan
terselubung. Ternyata kita semua patut dikasihani.
PEGGY : Pengkhianat bagaimana? Apa maksudnya? Eh, bukan berarti
itu bisa jadi alasan yang kuat. Butuh proses. Tidak semua orang sepertimu. Sok
idealis. Realistis sajalah.
LALA : Eh Mbakyu,
yang aku utarakan tadi itu sudah sangat realistis. Di depan
kita dan akan banyak lagi di sekitar kita. Itu juga kalau kita mau peduli.
Kalau tidak, mungkin hanya akan sebatas angin semilir saja yang kita nikmati
dengan syahwat tanpa sempat kita syukuri dengan hati.
PEGGY : Eits, jangan salah. Maka itu aku pilih Joko. Karena aku
bukan jatuh hati pada sosoknya yang terlihat, namun lebih kepada sosok
tersiratnya yang bagiku nusantara sekali. Seumur-umur aku pacaran, baru kali
ini aku mendapatkan seorang pangeran yang begitu percaya diri dengan
kesederhanaannya. Kejujuran itulah yang membuatku terpikat sejak pandangan
pertama. Dan yang membuatku salut, dia
tak pernah malu menemaniku jalan dengan sendal jepit kesayangannya. Oh, Joky, (PANGGILAN
MESRA PEGGY KEPADA JOKO) I’ll never stop loving you.
LALA : Picisan! Sok mendramatisir.
(JOKO MUNCUL – SEMUA PEMAIN FREEZE)
’MASKOT’ : Wow, pangeran sejati yang telah ditunggu-tunggu akhirnya
datang juga. Pasti jantung Peggy berdegup kencang menahan rasa. Maklum, namanya
juga pasangan segar. Pastilah masih banyak madu dibanding racunnya. Ih....
pengen.
PEGGY : Tuh, tidak salah kan aku. Apa aku bilang? Aku rela
dimadu dengan sendal jepitnya. Kalau bisa aku akan berusaha akrab dengannya.
Besok aku akan ke kampus dengan memakai sendal jepit pula.
(JOKO BERUSAHA IKUT NIMBRUNG, TAPI LALA MENYELA)
LALA : Plagiat lagi, plagiat lagi. Cerminan
sifat warga negara yang baik dan patuh.
JOKO : Dua burung pipit sedang adu senandung. Yang satu
bernuansa keroncong, sementara yang lain dengan top forty-nya. Sungguh sebuah
paduan yang harmonis dan akur. (TEPUK TANGAN MENYINDIR)
PEGGY : Bagaimana sih sayangku ini, dibela koq malah tidak
mendukung. Malah sok berlindung sebagai oposisi. Aku jadi menyesal membelamu.
LALA : Nah, itu tadi salah lain dari negara ini. Berusaha
mengeruk massa dengan bujukan yang murahan. Begitu obralnya harga kita. Kapan
tanah kelahiran kita ini berada pada posisi penawaran harga yang cukup bernilai
sehingga tidak begitu saja cepat laris manis namun tidak mampu lagi menyediakan
stock karena tutup buku.
JOKO : Cintaku, negeriku, tumpah darahku, bukannya aku
tidak mau membelamu sayang .... Be our self itu penting. Kau tidak perlu
beradaptasi denganku dari sisi penampilan atau gaya hidup. Keanekaragaman
dari hubungan kita, itu yang aku nikmati hingga saat ini. Toh, aku tidak pernah
mengeluh dengan keborjuisan kamu. Kau memilih aku yang hina dina ini saja, aku
sudah cukup bahagia dan bersyukur. Tapi aku mohon, kamu jangan berusaha membuatku
terpengaruh atau bahkan mengubahku untuk mengikuti jalurmu itu. Pribadiku akan tetap
menjadi Joko seperti yang kau lihat sekarang ini baik sebelum atau sesudah
mengenalmu. Namun aku tidak akan memintamu untuk berprinsip sama denganku. Kau
cerdas, tentu tahu apa yang harus kau perbuat dalam hidupmu. Ajaran bibit,
bobot, bebet itulah pondasi prinsipku hingga kini. Jangan hanya karena masalah
hati, kemudian mengubah 180% dari apa yang ada pada dirimu saat ini dan
kemarin atau bahkan esok.
PEGGY : (TERSENYUM MALU) Maafkan aku sayang.
Bukan maksud hati ingin berseimbang diri denganmu. Namun, itulah caraku untuk
sedikit demi sedikit mengurangi ke-eksklusifan yang sebenarnya cukup
menyiksaku. Jangan kau kira aku bangga dengan status keluargaku saat ini.
Mamaku....
(BELUM SELESAI PEGGY BICARA, LALA MENYELA)
LALA : Maaf interupsi! Sepertinya topiknya sudah mulai
sempit lingkup dan quorum berlebih. Sangat sopan bagiku untuk mengundurkan
diri. Tak baik bertamu terlalu lama, sementara tuan rumah masih banyak
keperluan yang lain. Aku ke sekret BEM dulu ya, siapa tahu teman-teman sudah
pada nongol. Silakan lanjutkan provokasinya. Satu pesanku, kalau bisa jangan
ada yang kalah atau menang. Paling tidak posisi draw itu jauh lebih baik, ok.
PEGGY : Maaf, La. Tak seharusnya kita jadi tuan rumah yang
semena-mena begitu saja mengusir tamunya. Maaf, kalau tiba-tiba kemudinya
berbelok arah ke jalan makadam. Aku tahu dirimu paling suka lewat jalan tol.
Nanti aku menyusul. Oh, ya hampir lupa. Tolong sampaikan pada Bo’im, surat
perijinan ke rektorat sudah kusiapkan. File-nya aku simpan di laci bawah meja
komputer.
LALA : Siippp. Beres bos. Titah paduka akan segera hamba
laksanakan. Jok, jaga Peggy ya. Jangan sampai dia lupa jalan pulang.
JOKO : Ok juga boss. Hamba siap menjadi abdi sejati bagi
tuan putri tercinta.
(LALA PERGI DENGAN SENYUM)
PEGGY : Koq abdi? Selama ini berarti kau hanya menempatkan dirimu pada
posisi bodyguard yang dengan setia mengawalku kemana-mana demi keamanan?
Begitu? Segitu rendahnya kau menghargai posisimu di hatiku.
Berarti selama ini aku terlalu buta untuk menelusuri bahkan menerjang kabut
yang menutupi hatimu. Hingga sekarang aku sadar ternyata kau membatasi ruangmu
untuk kumasuki.
JOKO : Mohon, cinta. Jangan kau salah mengerti. Dalam
perjalanan, kita tidak hanya melalui dataran. Saat pertama
aku membuka pintu hatimu, aku merasa jalan yang harus kulalui adalah bukit.
Saat ini aku masih merasa berputar-putar di lerengnya. Entah mengapa, setiap
kali aku mencoba menanjak menuju badan bukit, tapak kaki ini agak sulit
berkompromi dengan kata hatiku. Maunya tetap saja menapak di lereng. Apa karena
alas kakiku yang hanya sebatas sendal jepit ini yang merasa tidak mampu menapak
di jalan yang mulai terjal dan landai. Namun ketika sendal jepitku ini
berjalan di lereng, aku bisa merasakan nyamannya. Beda ketika aku mencoba
mengajak masuk dan mulai menapak badan bukit, jeritan kesakitannya sanggup
menusuk telapak kakiku. Akhirnya aku urungkan niatku untuk melanjutkan perjalananku.
Walau sebenarnya aku tahu, kau telah cemas menungguku di puncak bukit.
(PEMAIN
FREEZE - LAMPU BERUBAH, DIIRINGI PROPERTY MAN BERGULINGAN BERUBAH POSISI
MENJADI SOSOK-SOSOK DENGAN KOMPOSISI ABSTRAK SIMBOL BUKIT; TELENTANG,
TELUNGKUP, MERUNDUK DAN MENGGAPAI – LAMPU BERUBAH)
PEGGY : (MENANGIS) Jadi, selama ini ....
prasangka yang coba aku pendam bahkan aku tepis ternyata benar adanya. Cintamu pada sendal jepitmu ternyata lebih
mendalam ketimbang padaku. Lantas kedok perasaan apa yang selama ini kau pakai
sebagai topeng? Abdi sejati? Hanya itu? Dasar pengecut! Ternyata hatiku selama
ini telah terbuai oleh bualan picisan
seorang pecundang sejati. Salut, salut. Aktingmu melebihi kehebatan para aktor
broadway. Aku seorang tolol yang buta sekaligus kehilangan tongkat. Dan kau
telah berhasil menyimpang-siurkan arah mata anginku. Sakit, sakit. Nafasku kini
kian sesak. Sebaiknya kau segera lenyap dari pandangku. Aku tak sanggup menahan
muntah jika kemunafikanmu masih menghadang nafasku.
JOKO :
Sayang.... (SEMUA PEMAIN FREEZE)
’MASKOT’ :
Wah, wah. Racunnya sudah mulai menampakkan diri nih. Bakalan seru.
Gejolak tahap berikutnya dimulai.
PEGGY : Cukup! Jangan lagi kau mempertebal susunan topengmu
dengan sebutan munafik itu. Maaf, aku tidak ingin egois. Harus ada yang
mengalah di antara kita. Selamat tinggal.
(PERGI)
JOKO : (TERIAK) Peggy .... Peggy.... dengar
dulu penjelasanku. Jangan kau salah tafsir. Aku menyesal ternyata kecerdasanmu
kalah oleh emosional sesaat.
PEGGY : (BALIK LAGI) Apa kamu bilang? Licik
sekali kamu memvonis aku? Apa selama ini kau telah cukup mengenal diriku secara
mendalam? Puas kamu! (MELOTOT SAMBIL MENAHAN TANGIS)
JOKO : Janganlah kau semakin barakan api yang telah
menyala. Kalau memang susah mencari air, keruklah tanah di sekitarmu, itu masih
lebih ksatria. Jangan kau salah menilaiku. Masa setiap saat aku harus memberi
laporan padamu sejauh mana aku mempelajari dirimu selama ini. Proses. Itulah
yang saat ini yang sedang kita jalani. Dan akan terus kita lakukan tanpa henti.
Sampai nafas kita berhentipun, proses itu akan terus bergulir. Tak baik
memandang persoalan hanya pada satu sisi. Semua butuh kematangan. Aku sadar,
diriku masih jauh dari itu. Tapi aku berusaha menelusurinya walau dengan
tertatih. Jujur, hatiku tak berubah. Kau tetap mengisi ruangku saat ini. Tak
pernah sedikitpun terbesit dalam pikirku untuk mengabaikanmu. Dan bahkan laknat
bagiku kalau sampai aku menduakanmu. Masalah telpon tadi pagi, aku mohon maaf.
Aku tidak punya pulsa untuk membalas. Tentu kau sudah paham hal itu.
PEGGY : Klasik! Itulah senjatamu agar tetap
bisa berada pada posisi permakluman. Kau pikir aku bodoh, begitu saja percaya
dengan alasanmu itu! Aku tahu, kau pasti menganggapku terlalu posesif
terhadapmu. Tapi kau tak pernah punya keberanian untuk jujur. Kau takut aku
tersinggung jika kau ungkap keluhanmu itu? Iya kan?! Dan kini kau pasti
terkejut karena aku telah terbangun dari buaian mimpi burukku selama ini. Maaf,
kali ini mata hatiku tlah benar-benar terbelalak lebar. Pantang bagiku
mengulang kebodohan. Anggap saja aku memang tolol. Tapi orang idiotpun tetap
punya harga diri. Selamat tinggal kenangan. Terima kasih atas ‘pengorbanan’mu
selama ini. Maaf, saat ini aku belum dapat membalasnya. Ups, tapi
rasanya tak perlu. Karena cinta sejati tak pernah berharap apapun. Sakit hatiku
ini anggap saja impas sebagai balasan dari pengorbananmu tempo lalu. Beres kan?
(MENGHELA
NAFAS PANJANG KEMUDIAN BERGEGAS PERGI MENINGGALKAN JOKO) – FREEZE
’MASKOT’ : Yach, mengapa jadi sad ending begini? Nah, nah, lho, air mataku
jadi bergulir membasahi pipiku deh. Ugh, ini tidak adil. Tuhan hadirkan cinta
bukan untuk dikhianati. Cinta terlalu suci untuk dinodai. Ini tidak bisa
dibiarkan begitu saja. Strategi baru akan tiba.
(LAMPU BERUBAH, DIIRINGI PROPERTY MAN YANG BERGULINGAN
BERUBAH MENJADI TANAMAN-TANAMAN LAYU-LAMPU BERUBAH)
Komentar
Posting Komentar
Percaya diri atas hasil tulisanmu!
Plagiat karya termasuk pembodohan bangsa.
Terima kasih telah mengapresiasi tulisan saya! ^^